Lima tahun berlalu setelah tragedi 11 September 2001. Bagaimana keadaan dunia sekarang ini setelah 5 tahun itu? Teroris, empat pesawat dibajak, dan 3.000 korban tewas. Para teroris membajak pesawat terbang sipil AS di udara. Dua diantaranya ditabrakkan ke gedung pencakar langit World Trade Center, New York, satu ke markas pertahanan AS (Pentagon), dan satu lagi dihempaskan ke bumi. Semuanya berlangsung kurang lebih sejam, antara jam sembilan kurang lima belas sampai sepuluh pagi pada tanggal 11 September 2001.
Lima tahun telah berlalu tetapi bayangan peristiwa yang bagaikan neraka itu masih melekat di dalam pikiran setiap warga Amerika Serikat. Sebab itulah pada tanggal 11 September 2006 rakyat AS melakukan peringatan lima tahun tragedi 11 September. Tiga ribu bendera AS dikibarkan sebagai tanda penghormatan bagi 3.000 orang yang gugur dalam tragedi itu. Ribuan orang berkumpul dan mengheningkan cipta di lokasi yang menjadi serangan teroris yaitu di Ground Zero, tempat rubuhnya gedung World Trade Center yang menjadi simbol supremasi kapitalisme AS; di Markas Pertahanan AS (Pentagon), yang merupakan pusat saraf hegemoni militer AS di dunia; dan di Pennsylvania, yang merupakan tempat jatuhnya pesawat yang rencananya akan ditabrakkan ke Gedung Putih. “Ini saat emosional, tetapi juga waktu yang tepat ketika kita mengenang orang yang kita jaga tetap hidup di dalam hati kita,” kata Joyce Grimes, dari Ketcham Elementary School, yang kehilangan Rodney Dickens (11), siswa sekolah dan James Debeuneure (58), seorang guru.
Peringatan tragedi 11 September menandakan bahwa apa yang terjadi lima tahun lalu tidak berhenti pada hari itu juga. Selama lima tahun, banyak perubahan yang sudah terjadi. Setelah serangan 11 September, Presiden AS, George W Bush mencanangkan perang terhadap terorisme. Amerika memulai perangnya dengan memimpin serangan ke Afganistan (mulai Oktober 2001). Negara ini diserang karena diyakini menjadi tempat bersembunyinya kelompok Al Qaeda. Kelompok inilah yang diyakini sebagai pelaku penabrakan menara kembar WTC dan Pentagon. Serangan ke Afganistan menewaskan sekitar 2.000 orang sipil dan militer.
Irak menjadi sasaran kedua AS. Perang ini (mulai Maret 2003) bertujuan menyingkirkan Presiden Irak Saddam Hussein. Perang ini menewaskan banyak orang. Irak kehilangan antara 4.895 hingga 6.370 tentaranya. Jumlah penduduk sipil yang tewas antara 41.639 hingga 46.307 orang. Pasukan gabungan AS kehilangan hampir 3.000 tentaranya. Jumlah tersebut belum termasuk jumlah nyawa yang masih terus melayang di Irak seiring bertambahnya hari, bulan dan tahun.
Sampai sekarang perang melawan terorisme yang dipimpin AS ini masih jauh dari kejelasan apakah memberi keuntungan bagi AS. Bagi mereka yang pesimis, akan keuntungan dari semua yang telah terjadi, mengatakan bahwa tahun-tahun setelah peristiwa 11 September menandai permulaan berakhirnya peradaban AS. Mantan Presiden Iran Khatami berpendapat, “Presiden Bush menempuh kebijakan yang keliru, yang hanya menambah kebencian terhadap AS, menyuburkan aksi teroris dan ekstremis di Timur Tengah,” ujarnya dalam kunjungan di AS (6/9).
Kecaman terhadap kebijakan yang diambil oleh AS juga datang dari rakyat AS sendiri. Peringatan tragedi 11 September di Pentagon dihadiri oleh sekelompok orang, berjumlah 25 sampai 30 orang, yang memprotes perang di Irak. Geoffrey Millard, seorang anggota “Veteran Irak Menentang Perang”, mengatakan pemerintah Bush menggunakan serangan 11 September untuk membenarkan perang itu. Hasil poling juga menunjukkan bahwa rakyat AS tidak yakin kalau pemerintahan Bush akan bisa mengakhiri perang melawan teror secepat mungkin. Hal ini terlihat dari poling yang dilakukan oleh TIME/Discovery Channel yang dilaksanakan pada peringatan tahun baru 2006 dimana sekitar 70 persen rakyat AS memiliki keyakinan bahwa perang melawan terorisme tidak akan berhasil dimenangkan dalam 10 tahun.
Selama 5 tahun ini, AS juga telah gagal menangkap Osama bin Laden dan menumpas habis jaringan Al Qaeda yang dianggap sebagai otak dari serangan 11 September. Lebih celaka lagi, Al Qaeda sendiri berubah dari suatu organisasi kelompok militan bersenjata menjadi simbol perlawanan terhadap kezaliman AS dan sekutunya. Menginspirasikan serangan bom bunuh diri, yang tiba-tiba menjalar dari satu negara ke negara lain. Mengenai serangan bunuh diri, pakar kontrateroris internasional, Bruce Hoffman, menulis (Security for New Century, September 2005), data sejak tahun 1968 menunjukkan, 80 persen serangan bunuh diri terjadi setelah peristiwa 11 September.
Perang melawan terorisme yang dipimpin AS adalah perang yang telah menghasilkan perubahan untuk selamanya bagi wilayah Timur Tengah. Ini adalah perang yang telah membuat pemerintah Barat terjangkit paranoid dan bias agama. Penangkapan kerap dilakukan hanya karena kecurigaan terhadap kelompok Islam semata-mata. Ini adalah perang yang membawa perubahan bagi dunia di abad ke 21, yang tadinya, diharapkan sebagai abad perdamaian dan keadilan, kini dibayang-bayangi saling curiga dan benturan peradaban. Di balik semua itu, ini adalah perang yang melahirkan aksi-aksi terorisme baru, termasuk yang dilakukan AS sendiri.DAP,MLP.
source: http://www.beritaindonesia.co.id/mancanegara/perang-yang-merubah-dunia