Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan Tomcat tidak berbahaya bagi manusia, dan justru merupakan sahabat petani sebagai pembasmi hama. ”Masyarakat tidak perlu gelisah menghadapi Tomcat. Serangga ini akan berbahaya bagi manusia jika tubuhnya ditepuk hingga mengeluarkan cairan beracun. Jika dibiarkan tidak akan bahaya,” ujar Kepala Balai Proteksi Tanaman Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Rumrowi Djamil, Senin, 26 Maret 2012.
Rumrowi menerangkan serangga ini dapat menyerang apapun yang dianggap mengganggu ketenangannya. “Serangga ini suka kondisi lingkungan lembab, tanaman bersemak, lahan banyak air, seperti padi sawah, jagung dan kebun sayur,” kata Rumrowi.
Ia mengatakan tomcat yang beracun hanyalah jenis betina yang dapat hidup sampai 110 hari. “Betina ini mampu bertelur sebanyak 24 butir dan telur akan menetas tiga hari kemudian,” katanya. “Setelah 19 hari menjadi serangga dewasa. Tomcat yang mengandung racun hanya pada yang betina”
Rumrowi mengatakan, bagi petani, Tomcat adalah serangga predator, namun mereka menyebutnya sebagai babotolan atau semut belang. “Dari dulu petani sudah tahu serangga Tomcat, hanya kami mengenalnya sebagai semut belang atau babotolan,” kata Satir.
Ia mengatakan Tomcat sangat mudah dijumpai di area persawahan. Dia sendiri tidak pernah merasa risau dengan maraknya pemberitaan soal ini. “Tomcat tidak berbahaya, justru sangat membantu petani untuk membasmi hama padi,” katanya.
Staf Laboratorium Dinas kelautan dan pertanian Lamaria, Sovita, membenarkan kalau serangga ini merupakan serangga pembasmi hama. “Di sawah, ia memakan wereng dan juga dapat membantu mengurangi populasi ulat daun dan kelompok kutu tanaman,” katanya. ”Jadi, jangan dibasmi, cukup bagaimana kita memperlakukannya apabila Tomcat ada di sekeliling kita.”
source: http://www.gaptekupdate.com/2012/03/yang-bahaya-dan-beracun-itu-tomcat-betina/