Toleransi beragama sangat terlihat di Bali saat perayaan Nyepi kali ini yang jatuh pada hari Jumat. Saat warga Hindu Bali melakukan catur bratha atau menyepi di rumah masing-masing, umat Islam tetap diperbolehkan salat Jumat.
Namun umat muslim diminta berjalan kaki ke masjid dan khutbah dilakukan tanpa pengeras suara. Sejumlah pecalang atau petugas keamanan adat Bali turut menjaga umat muslim yang jumatan agar tetap tertib dan tidak mengganggu kekhusysukan umat Hindu.
Adapun catur bratha dilakukan umat Hindu selama 24 jam dimulai pukul 06.00 WIB. Mereka dilarang menyalakan api (amati geni), dilarang bekerja (amati karya), dilarang bepergian (amati lelungan), dan dilarang membuat keramaian (amati lelanguan).
Sejarah perayaan Nyepi tidak dapat lepas dari pengaruh Kerajaan Majapahit. Kitab Negara Kertagama mencatat perayaan Nyepi juga sudah ada di Kerajaan Majapahit yang disebut Caitramawasia dan dirayakan sejak abad delapan masehi.
Namun umat muslim diminta berjalan kaki ke masjid dan khutbah dilakukan tanpa pengeras suara. Sejumlah pecalang atau petugas keamanan adat Bali turut menjaga umat muslim yang jumatan agar tetap tertib dan tidak mengganggu kekhusysukan umat Hindu.
Adapun catur bratha dilakukan umat Hindu selama 24 jam dimulai pukul 06.00 WIB. Mereka dilarang menyalakan api (amati geni), dilarang bekerja (amati karya), dilarang bepergian (amati lelungan), dan dilarang membuat keramaian (amati lelanguan).
Sejarah perayaan Nyepi tidak dapat lepas dari pengaruh Kerajaan Majapahit. Kitab Negara Kertagama mencatat perayaan Nyepi juga sudah ada di Kerajaan Majapahit yang disebut Caitramawasia dan dirayakan sejak abad delapan masehi.
source: http://berita.liputan6.com/read/383412/indahnya-toleransi-beragama-di-bali