Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia segera mengusulkan Soeratin, pendiri dan ketua umum pertama organisasi sepak bola di Tanah Air itu sebagai pahlawan nasional. Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin mengatakan sedang menyiapkan semua persyaratan pengajuan Soeratin itu dan menyerahkannya kepada Kementerian Sosial.
"Beliau sangat pantas, mengingat semangat dan perjuangannya menyatukan bangsa dengan sepak bola hingga terwujudnya PSSI yang getarannya terasa sampai sekarang. Bahwa menyatukan bangsa ini bisa melalui sepak bola," ujar Djohar di Balai Kota Bandung kemarin.
Dalam pengumpulan berkas persyaratan pengajuan Soeratin sebagai pahlawan nasional, PSSI berkoordinasi antara lain dengan pemerintah kota kelahirannya, Solo, Jawa Tengah, dan kota tempat dia dimakamkan, Bandung, Jawa Barat.
"Semua datanya, termasuk data pendukung yang lengkap. Sejarahnya, perjuangannya, gerakannya, berikut bukti-buktinya tengah kami siapkan dalam satu buku, satu file," kata Djohar. "Mudah-mudahan dalam setengah tahun ini sudah bisa kami ajukan itu kepada pemerintah, sehingga dalam tahun ini juga bisa diverifikasi oleh Kementerian Sosial ke kota kelahiran beliau di Solo, perjuangannya di Yogyakarta dan Bandung."
Djohar pun mengharapkan semangat Soeratin bisa menjadi pedoman dan teladan untuk menyelesaikan kisruh sepak bola nasional saat ini. Juga untuk mendorong semua klub dan pemain sepak bola di Tanah Air dalam mendukung tim nasional di bawah pelatih Nil Maizar.
"Semangat Pak Soeratin harus diteladani, semua harus berpikir untuk Merah Putih. Kepentingan bangsa harus didahulukan ketimbang kepentingan lainnya. Masyarakat ingin sepak bola kita berprestasi," ucap Djohar.
Djohar dan jajaran pengurus PSSI ke Bandung untuk berziarah ke makam Soeratin di tempat pemakaman umum Sirnaraga, Kota Bandung. Ziarah tersebut merupakan rangkaian acara hari jadi PSSI ke-82 yang jatuh pada hari ini. Sebelum ke Sirnaraga, Djohar cs menyambangi Balai Kota Bandung dan diterima oleh Sekretaris Daerah Edi Siswadi.
Edi memastikan Kota Bandung mendukung pengajuan Soeratin sebagai pahlawan nasional dengan membantu penuh PSSI dalam menyiapkan persyaratan dokumen tertulis dan dukungan moral. Soeratin, kata dia, juga merupakan tokoh Kota Bandung.
"Tentu akan menjadi kebanggaan warga Kota Bandung jika salah satu tokohnya kembali ada yang diangkat menjadi pahlawan nasional. Ini juga akan menambah daftar deretan pahlawan bangsa asal Kota Bandung dan Jawa Barat yang diresmikan negara,” ujarnya.
Sedangkan cucu Soeratin, Wully Soekartono, dan keluarga menyambut ziarah dan rencana PSSI mengangkat kakeknya menjadi pahlawan bangsa. "Saya tentu senang. Apalagi setelah lebih dari lima tahun, baru kali ini PSSI sudi ziarah kembali ke makam Soeratin dan membantu memperbaiki makam," katanya.
"Cuma saya bingung dan sedih juga. Dulu kakek kami susah payah mendirikan PSSI, kok sekarang PSSI-nya malah pecah. Kenapa ini?” ucap Wully setelah menerima rombongan PSSI di tempat peristirahatan terakhir Soeratin di makam Sirnaraga.
Insinyur Soeratin lahir di Solo pada 17 September 1898. Pada 19 April 1930, ia mendirikan PSSI dan menjadi ketuanya yang pertama hingga 1942. Soeratin wafat di Bandung saat berusia 60 tahun pada 11 Februari 1959. "Mendiang pindah ke Bandung dalam rangka tugas negara. Selama di Bandung, beliau tinggal di Jalan Lombok," Wully mengungkapkan.
"Beliau sangat pantas, mengingat semangat dan perjuangannya menyatukan bangsa dengan sepak bola hingga terwujudnya PSSI yang getarannya terasa sampai sekarang. Bahwa menyatukan bangsa ini bisa melalui sepak bola," ujar Djohar di Balai Kota Bandung kemarin.
Dalam pengumpulan berkas persyaratan pengajuan Soeratin sebagai pahlawan nasional, PSSI berkoordinasi antara lain dengan pemerintah kota kelahirannya, Solo, Jawa Tengah, dan kota tempat dia dimakamkan, Bandung, Jawa Barat.
"Semua datanya, termasuk data pendukung yang lengkap. Sejarahnya, perjuangannya, gerakannya, berikut bukti-buktinya tengah kami siapkan dalam satu buku, satu file," kata Djohar. "Mudah-mudahan dalam setengah tahun ini sudah bisa kami ajukan itu kepada pemerintah, sehingga dalam tahun ini juga bisa diverifikasi oleh Kementerian Sosial ke kota kelahiran beliau di Solo, perjuangannya di Yogyakarta dan Bandung."
Djohar pun mengharapkan semangat Soeratin bisa menjadi pedoman dan teladan untuk menyelesaikan kisruh sepak bola nasional saat ini. Juga untuk mendorong semua klub dan pemain sepak bola di Tanah Air dalam mendukung tim nasional di bawah pelatih Nil Maizar.
"Semangat Pak Soeratin harus diteladani, semua harus berpikir untuk Merah Putih. Kepentingan bangsa harus didahulukan ketimbang kepentingan lainnya. Masyarakat ingin sepak bola kita berprestasi," ucap Djohar.
Djohar dan jajaran pengurus PSSI ke Bandung untuk berziarah ke makam Soeratin di tempat pemakaman umum Sirnaraga, Kota Bandung. Ziarah tersebut merupakan rangkaian acara hari jadi PSSI ke-82 yang jatuh pada hari ini. Sebelum ke Sirnaraga, Djohar cs menyambangi Balai Kota Bandung dan diterima oleh Sekretaris Daerah Edi Siswadi.
Edi memastikan Kota Bandung mendukung pengajuan Soeratin sebagai pahlawan nasional dengan membantu penuh PSSI dalam menyiapkan persyaratan dokumen tertulis dan dukungan moral. Soeratin, kata dia, juga merupakan tokoh Kota Bandung.
"Tentu akan menjadi kebanggaan warga Kota Bandung jika salah satu tokohnya kembali ada yang diangkat menjadi pahlawan nasional. Ini juga akan menambah daftar deretan pahlawan bangsa asal Kota Bandung dan Jawa Barat yang diresmikan negara,” ujarnya.
Sedangkan cucu Soeratin, Wully Soekartono, dan keluarga menyambut ziarah dan rencana PSSI mengangkat kakeknya menjadi pahlawan bangsa. "Saya tentu senang. Apalagi setelah lebih dari lima tahun, baru kali ini PSSI sudi ziarah kembali ke makam Soeratin dan membantu memperbaiki makam," katanya.
"Cuma saya bingung dan sedih juga. Dulu kakek kami susah payah mendirikan PSSI, kok sekarang PSSI-nya malah pecah. Kenapa ini?” ucap Wully setelah menerima rombongan PSSI di tempat peristirahatan terakhir Soeratin di makam Sirnaraga.
Insinyur Soeratin lahir di Solo pada 17 September 1898. Pada 19 April 1930, ia mendirikan PSSI dan menjadi ketuanya yang pertama hingga 1942. Soeratin wafat di Bandung saat berusia 60 tahun pada 11 Februari 1959. "Mendiang pindah ke Bandung dalam rangka tugas negara. Selama di Bandung, beliau tinggal di Jalan Lombok," Wully mengungkapkan.
source: http://www.tempo.co/read/news/2012/04/19/099398124/Soeratin-Ulang-Tahun-PSSI-dan-Pahlawan-Nasional