Dickens memiliki delapan saudara. Tapi di antara semua kakak-adiknya, hanya ia yang menjadi penulis terkenal. Karakter dalam karya-karyanya selalu diingat sepanjang masa dan sudah menjadi aneka film, sinetron, kartun, teater dan seni pertunjukan lainnya.
Dua karya fenomenalnya adalah A Christmas Carol dan autobiografi David Copperfield. A Christmas Carol merupakan bacaan favorit bagi anak-anak.
Sedikit beranjak dewasa, mereka akan menyasar karya Dickens yang berbau petualangan, yaitu Oliver Twist dan A Tale of Two Cities. Semua kisahnya mempunyai garis besar bagaimana mengatasi kerasnya hidup, termasuk tumbuh bersama orang tua.
Kisah tersebut juga dialaminya seperti yang tertulis dalam David Copperfield. Dickens terpaksa harus bekerja pada usia 12 tahun di sebuah pabrik sepatu untuk membantu keluarga. Ia tinggal di asrama kawasan Camden Town, Inggris. Setiap Sabtu, Dickens selalu mengunjungi ayahnya di penjara karena terlilit utang.
Beranjak dewasa, kehidupan Dickens tak kunjung membaik hingga akhirnya ia bisa menjadi murid di Wellington House of Academy (1824-1827). Tapi meski sudah bebas dari pekerjaan pabrik, keuangan keluarga belum juga membaik. Akhirnya Dickens menjalani aneka pekerjaan mulai dari juru tulis hingga reporter pengadilan.
Di sela-sela pekerjaan, Dickens mulai menulis dari cerita pendek hingga terbit sebuah buku berjudul Sketches by Boz yang diluncurkan pada 1836.
Setelah buku pertama tersebut, masa kejayaan Dickens mulai muncul. Namanya mulai dikenal dunia dan ia pun tak hanya menulis, tapi juga mulai berakting. Semua ia jalani hingga akhirnya pendarahan di otak merenggut nyawa penulis yang memiliki 10 anak ini.
Kini Google merayakan ulang tahun ke-dua abad penulis yang telah mempengaruhi imajinasi anak-anak sedunia ini. Dalam ikon Google Doodle, terlihat tokoh-tokoh di novel Dickens yang mengambil setting Inggris abad ke-19.
source: http://www.tempo.co/read/news/2012/02/07/072382223/Ada-Charles-Dickens-di-Google-Doodle
