Sepakbola merupakan salah satu olahraga terfavorit di muka bumi. Terdapat drama, intrik, hingga konflik yang kerap mewarnai jalannya pertandingan, sehingga membuat para penonton terkesima, terpukau, atau bahkan emosi.
Skill para pemain menjadi penyempurna klub yang dinaunginya, tak mengherankan apabila klub-klub yang memiliki sederet pemain bintang lantas memiliki jumlah suporter yang besar. Dari ranah Inggris, sebut saja Manchester United, Chelsea, Arsenal, Liverpool, serta Manchester City.
Sementara dari kompetisi La Liga, tampaknya jumlah suporter terbanyak masih dipegang Barcelona dan Real Madrid. Lantas bagaimana dengan Serie A? Tiga klub tampaknya masih belum terkalahkan, Juventus dan duo Milan, AC Milan dan Inter Milan.
Kemudian bagaimana dengan klub-klub lain, yang terhitung bukan klub besar? Jangan dianggap sebelah mata, karena mereka pun memiliki penggemar sendiri. Siapa yang menyangka, Everton, Sampdoria, dan Malaga juga punya fans di Indonesia, meski jumlahnya terbilang tak banyak.
Seperti Indo Sampdoria, komunitas ini telah hadir sejak tiga tahun lalu, tepatnya 9 September 2009. Basecamp mereka sendiri berada di Sport Café, Kuningan. Sebagai catatan bahwa Indo Sampdoria bukan semata komunitas untuk menonton pertandingan bersama (nobar), melainkan juga tempat bersilaturahmi antar para suporter yang notabene berusia di atas 30-an. Bahkan salah satu pecinta Sampdoria, Estu Ernesto mengaku bahwa Indo Sampdoria sudah seperti keluarganya.
"Indo Sampdoria bukan sekedar kelompok atau komunitas yang hanya nonton bola bareng. Lebih dari itu, kita sudah seperti keluarga. Apalagi isi dari fans ini ngga ada yang usianya 25 tahun ke bawah," ungkap Estu, kepada Okezone belum lama ini.
"Bahkan saat kita nonton bareng, kita tuh ngajak istri sama anak. Jadi ya kaya ajang kumpul keluarga juga. Indo Sampdoria malah kaya punya Darmawanita gitu, yang belum tentu dimiliki sama komunitas lain," sambungnya tertawa.
Penulis buku ‘Hari Ini Pasti Menang’ itu kemudian menuturkan bahwa Indo Sampdoria kerap mengadakan acara bakti sosial, seperti mengunjungi panti asuhan, mengirim sumbangan kepada korban bencana saat banjir Padang, dan Merapi di Jogjakarta.
Menurut Estu dana yang mereka peroleh berdasarkan hasil sumbangan para anggota yang jumlahnya sekira 70 orang. Diakui Estu bahwa per bulannya diadakan iuran yang tak dipatok berapa besarnya.
Saat disinggung mengapa mendukung Sampdoria, klub yang musim lalu mengalami degradasi dan menempati posisi 13 klasemen sementara Serie A musim ini, berikut jawaban Estu.
“Kenapa Sampdoria? Simple, karena ada Kurniawan (Dwi Yulianto) pahlawan Indonesia yang main di Sampdoria. Kalo mungkin saat itu dia main di Brescia, saya juga pasti dukung Brescia. Saya ngidolaindia,” sambungnya.
Namun, Estu ternyata bukanlah satu-satunya penggila klub berjuluk Il Samp itu, menurutnya masih terdapat satu nama lain yang jauh lebih mendalami tentang sejarah Sampdoria.
“Zaky Raya, tuh orang paling jago kalo ditanya sejarah Sampdoria, bahkan ada pecinta Sampdoria namanya Alessandro Rossi tuh kaget sama pengetahuannya. Karena pengetahuannya itu, pas Zaky ulang tahun, Rossi sendiri yang ngerayainnya,” tandasnya.
Sementara kehadiran Malaguistas atau suporter Malaga di tanah air, diakui sang komandan, armendy karena bosan dengan aroma rivalitas antara Barcelona dan Real Madrid. Indo Malaga sendiri terbentuk pada September 2011.
"Bosen juga ya liat La Liga yang hanya didominasi oleh Barcelona sama Real Madrid. Padahal persaingan ngga melulu di antara dua klub tadi," kata Armendi.
Kenapa harus Malaga? Mengapa tidak klub lain seperti Atletico Madrid, Athletic Bilbao, atau Real Sociedad? Karena Armendy optimistis klub favoritnya memiliki prospek yang cerah pada musim selanjutnya.
Klub berjuluk Boquerones itu memang tidaklah bermaterikan pemain bintang layaknya Blaugrana maupun Los Blancos. Namun, keyakinan Armendy bukan tak mungkin menjadi kenyataan, mengingat perjalanan Malaga di pentas Liga Champions cukup menawan.
Sebagai catatan, Malaga berhasil menjadi jawara grup, sekaligus menjadi wakil Grup C pada babak 16 kompetisi antar klub terakbar di benua Eropa itu. Dalam lima pertandingan, Malaga berhasilkan mencatatkan tiga kemenangan tanpa merasakan pahitnya kekalahan.
Seperti komunitas lainnya, Malaguistas pun kerap mengadakan acara nobar, atau sekedar nongkrong-nongkrong. Namun, perlu diketahui bahwa komunitas Malaga Indonesia baru saja memenangi turnamen futsal Macanbola Cup kontra Celta Indo dengan skor akhir 3-1, Minggu (2/11/2012).
Berbeda dengan Indo Sampdoria yang mayoritas telah berkeluarga, fans klub yang berbasis di Duren Tiga, Komplek Angkatan Laut itu justru didominasi oleh para mahasiswa.
Sementara itu, IndoEvertonian pun tak mau kalah. Kendati anggota yang teregistrasi baru 55 orang, namun bila mereka tengah mengadakan nonton bareng laga The Toffees, fans Everton yang belum join bersama IndoEvertonian jumlahnya cukup banyak.
Komunitas yang didirikan pada tahun 2007 ini juga tak main-main, IndoEvertonian sudah mendapat sertifikat resmi dari Everton terdaftar sebagai fans yang mewakili mereka di Indonesia. Dengan status itu, tak jarang pula ekspatriat Inggris yang ikut nimbrung jika mereka tengah mengadakan acara nonton bareng.
“Baru Oktober 2012 kita mendapat sertifikat resmi dari Everton setelah diajukan pada bulan Agustus 2012. Sebelumnya, kami juga pernah masuk EvertonTv, mereka antusias setelah tahu ada fans Everton di negara Asia seperti Indonesia,” ujar Sekretaris IndoEvertonian, Danudyo Bimantoro.
Awal mula terbentuknya IndoEvertonian sendiri adalah ketika, Ketua IndoEvertonian, Prasetya Anatama sering berdiskusi dengan fans Everton lainnya di Mailing List, dan saat itu muncul ide membentuk IndoEvertonian.
Kota yang aktif untuk mereka sering mengadakan kegiatan seperti nobar dan bermain futsal adalah di Jakarta dan Bandung. Danu pun menyadari, dengan tidak menyandang sebagai klub favorit juara, penggemar Everton di Tanah Air tak akan banyak.
Ketika ditanya apa yang membuat mereka nge-fans dengan Everton, Danu yang mengaku baru lima tahun menjadi fans The Toffees, tertarik karena dengan dana minim, Everton bisa tetap bersaing di Premier League.
Skill para pemain menjadi penyempurna klub yang dinaunginya, tak mengherankan apabila klub-klub yang memiliki sederet pemain bintang lantas memiliki jumlah suporter yang besar. Dari ranah Inggris, sebut saja Manchester United, Chelsea, Arsenal, Liverpool, serta Manchester City.
Sementara dari kompetisi La Liga, tampaknya jumlah suporter terbanyak masih dipegang Barcelona dan Real Madrid. Lantas bagaimana dengan Serie A? Tiga klub tampaknya masih belum terkalahkan, Juventus dan duo Milan, AC Milan dan Inter Milan.
Kemudian bagaimana dengan klub-klub lain, yang terhitung bukan klub besar? Jangan dianggap sebelah mata, karena mereka pun memiliki penggemar sendiri. Siapa yang menyangka, Everton, Sampdoria, dan Malaga juga punya fans di Indonesia, meski jumlahnya terbilang tak banyak.
Seperti Indo Sampdoria, komunitas ini telah hadir sejak tiga tahun lalu, tepatnya 9 September 2009. Basecamp mereka sendiri berada di Sport Café, Kuningan. Sebagai catatan bahwa Indo Sampdoria bukan semata komunitas untuk menonton pertandingan bersama (nobar), melainkan juga tempat bersilaturahmi antar para suporter yang notabene berusia di atas 30-an. Bahkan salah satu pecinta Sampdoria, Estu Ernesto mengaku bahwa Indo Sampdoria sudah seperti keluarganya.
"Indo Sampdoria bukan sekedar kelompok atau komunitas yang hanya nonton bola bareng. Lebih dari itu, kita sudah seperti keluarga. Apalagi isi dari fans ini ngga ada yang usianya 25 tahun ke bawah," ungkap Estu, kepada Okezone belum lama ini.
"Bahkan saat kita nonton bareng, kita tuh ngajak istri sama anak. Jadi ya kaya ajang kumpul keluarga juga. Indo Sampdoria malah kaya punya Darmawanita gitu, yang belum tentu dimiliki sama komunitas lain," sambungnya tertawa.
Penulis buku ‘Hari Ini Pasti Menang’ itu kemudian menuturkan bahwa Indo Sampdoria kerap mengadakan acara bakti sosial, seperti mengunjungi panti asuhan, mengirim sumbangan kepada korban bencana saat banjir Padang, dan Merapi di Jogjakarta.
Menurut Estu dana yang mereka peroleh berdasarkan hasil sumbangan para anggota yang jumlahnya sekira 70 orang. Diakui Estu bahwa per bulannya diadakan iuran yang tak dipatok berapa besarnya.
Saat disinggung mengapa mendukung Sampdoria, klub yang musim lalu mengalami degradasi dan menempati posisi 13 klasemen sementara Serie A musim ini, berikut jawaban Estu.
“Kenapa Sampdoria? Simple, karena ada Kurniawan (Dwi Yulianto) pahlawan Indonesia yang main di Sampdoria. Kalo mungkin saat itu dia main di Brescia, saya juga pasti dukung Brescia. Saya ngidolaindia,” sambungnya.
Namun, Estu ternyata bukanlah satu-satunya penggila klub berjuluk Il Samp itu, menurutnya masih terdapat satu nama lain yang jauh lebih mendalami tentang sejarah Sampdoria.
“Zaky Raya, tuh orang paling jago kalo ditanya sejarah Sampdoria, bahkan ada pecinta Sampdoria namanya Alessandro Rossi tuh kaget sama pengetahuannya. Karena pengetahuannya itu, pas Zaky ulang tahun, Rossi sendiri yang ngerayainnya,” tandasnya.
Sementara kehadiran Malaguistas atau suporter Malaga di tanah air, diakui sang komandan, armendy karena bosan dengan aroma rivalitas antara Barcelona dan Real Madrid. Indo Malaga sendiri terbentuk pada September 2011.
"Bosen juga ya liat La Liga yang hanya didominasi oleh Barcelona sama Real Madrid. Padahal persaingan ngga melulu di antara dua klub tadi," kata Armendi.
Kenapa harus Malaga? Mengapa tidak klub lain seperti Atletico Madrid, Athletic Bilbao, atau Real Sociedad? Karena Armendy optimistis klub favoritnya memiliki prospek yang cerah pada musim selanjutnya.
Klub berjuluk Boquerones itu memang tidaklah bermaterikan pemain bintang layaknya Blaugrana maupun Los Blancos. Namun, keyakinan Armendy bukan tak mungkin menjadi kenyataan, mengingat perjalanan Malaga di pentas Liga Champions cukup menawan.
Sebagai catatan, Malaga berhasil menjadi jawara grup, sekaligus menjadi wakil Grup C pada babak 16 kompetisi antar klub terakbar di benua Eropa itu. Dalam lima pertandingan, Malaga berhasilkan mencatatkan tiga kemenangan tanpa merasakan pahitnya kekalahan.
Seperti komunitas lainnya, Malaguistas pun kerap mengadakan acara nobar, atau sekedar nongkrong-nongkrong. Namun, perlu diketahui bahwa komunitas Malaga Indonesia baru saja memenangi turnamen futsal Macanbola Cup kontra Celta Indo dengan skor akhir 3-1, Minggu (2/11/2012).
Berbeda dengan Indo Sampdoria yang mayoritas telah berkeluarga, fans klub yang berbasis di Duren Tiga, Komplek Angkatan Laut itu justru didominasi oleh para mahasiswa.
Sementara itu, IndoEvertonian pun tak mau kalah. Kendati anggota yang teregistrasi baru 55 orang, namun bila mereka tengah mengadakan nonton bareng laga The Toffees, fans Everton yang belum join bersama IndoEvertonian jumlahnya cukup banyak.
Komunitas yang didirikan pada tahun 2007 ini juga tak main-main, IndoEvertonian sudah mendapat sertifikat resmi dari Everton terdaftar sebagai fans yang mewakili mereka di Indonesia. Dengan status itu, tak jarang pula ekspatriat Inggris yang ikut nimbrung jika mereka tengah mengadakan acara nonton bareng.
“Baru Oktober 2012 kita mendapat sertifikat resmi dari Everton setelah diajukan pada bulan Agustus 2012. Sebelumnya, kami juga pernah masuk EvertonTv, mereka antusias setelah tahu ada fans Everton di negara Asia seperti Indonesia,” ujar Sekretaris IndoEvertonian, Danudyo Bimantoro.
Awal mula terbentuknya IndoEvertonian sendiri adalah ketika, Ketua IndoEvertonian, Prasetya Anatama sering berdiskusi dengan fans Everton lainnya di Mailing List, dan saat itu muncul ide membentuk IndoEvertonian.
Kota yang aktif untuk mereka sering mengadakan kegiatan seperti nobar dan bermain futsal adalah di Jakarta dan Bandung. Danu pun menyadari, dengan tidak menyandang sebagai klub favorit juara, penggemar Everton di Tanah Air tak akan banyak.
Ketika ditanya apa yang membuat mereka nge-fans dengan Everton, Danu yang mengaku baru lima tahun menjadi fans The Toffees, tertarik karena dengan dana minim, Everton bisa tetap bersaing di Premier League.
source: http://bola.okezone.com/read/2012/12/11/419/730252/bukan-hanya-klub-besar-yang-punya-fans-di-indonesia