Kamis tengah malam, pukul 23.31 WITA, 14 Juli 2011, Gunung Lokon Kembali meletus. Letusan kali ini terbilang besar. Asap dan abu vulkanik menyembur hingga ketinggian 2.000 meter. Tak hanya debu vulkanik, Lokon juga memuntahkan lava pijar yang membakar hutan semak di sekitar kawah. Malam itu, langit merah membara.
Sekitar satu jam kemudian letusan kedua terjadi, sekitar pukul 00.30 WITA, Jumat dini hari. Giliran material vulkanik yang muncrat setinggi 700 meter. Tingginya aktivitas Lokon membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mempertahankan status 'awas'.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan saat itu sempat terjadi krisis seismik selama enam jam. Telah terjadi 25 kali gempa vulkanik dalam, 30 kali gempa vulkanik dangkal, dan getaran tremor vulkanik dengan amplituda 0,5-4 mm.
“Letusan besar kemarin telah diantisipasi mengingat aktivitas vulkanik yang makin meningkat sebelumnya,” kata Sutopo di Jakarta.
Letusan yang terjadi Kamis menjelang tengah malam itu adalah yang terbesar sejak Gunung Lokon dinaikkan statusnya menjadi 'awas' sejak Minggu malam, 10 Juli 2011.
Akankah Lokon meletus lebih dahsyat?
“Kita lihat saja. Saya belum bisa memperkirakan. karena saat ini masih tinggi aktivitasnya, masih berstatus awas. Jadi, kemungkinan menjadi besar ada,” kata Kepala PVMBG Surono saat dihubungi VIVAnews.com, Jumat, 15 Juli 2011 malam.
Sampai Jumat malam, Lokon dua kali mengeluarkan letupan kecil, pukul 16.52 dan 18.34 WITA. Menurut Surono, aktivitas Lokon sepanjang Jumat relatif tinggi, meski ada sedikit penurunan dibanding hari sebelumnya. “Aktivitasnya sampai saat ini masih tinggi, tapinggak bisa dibilang tinggi banget, nggak bisa dibilang rendah banget."
Karakter Lokon mirip dengan Gunung Merapi yang meletus hebat di akhir 2010 lalu. Keduanya sama-sama menyemburkan awan panas yang mematikan, yang di Merapi dikenal dengan sebutan wedhus gembel.
Syukurlah, kata Surono, hingga kini belum ada awan panas yang menyembur. “Masih asap-asap biasa,” katanya.
Yang dikhawatirkan, Lokon bakal memuntahkan letusan lebih besar. Jika itu terjadi, gunung setinggi 1.579 meter di atas permukaan laut itu bisa jadi sangat berbahaya. "Pernah terjadi awan panas pada tahun 1991. Kalau sudah terjadi awan panas ya kita sudah tidak bisa apa-apa lagi karena pasti sampai dengan radius 3,5 kilometer," Surono menjelaskan kepada VIVAnews.
Pada 27 November 1969, gunung ini meletus dan memuntahkan awan panas serta gugusan abu. Pada 1991, material yang disemburkan Lokon menimbun ribuan rumah penduduk. Korban nyawa pun berjatuhan. Seorang pendaki gunung asal Swiss, Vivian Clavel, menjadi korban keganasan Lokon. Dia tewas dan jasadnya tak ditemukan hingga kini, hilang tertimbun debu vulkanik.
Yang dikhawatirkan, Lokon bakal memuntahkan letusan lebih besar. Jika itu terjadi, gunung setinggi 1.579 meter di atas permukaan laut itu bisa jadi sangat berbahaya. "Pernah terjadi awan panas pada tahun 1991. Kalau sudah terjadi awan panas ya kita sudah tidak bisa apa-apa lagi karena pasti sampai dengan radius 3,5 kilometer," Surono menjelaskan kepada VIVAnews.
Pada 27 November 1969, gunung ini meletus dan memuntahkan awan panas serta gugusan abu. Pada 1991, material yang disemburkan Lokon menimbun ribuan rumah penduduk. Korban nyawa pun berjatuhan. Seorang pendaki gunung asal Swiss, Vivian Clavel, menjadi korban keganasan Lokon. Dia tewas dan jasadnya tak ditemukan hingga kini, hilang tertimbun debu vulkanik.
Zona merah
Sejak status 'awas' ditetapkan hingga kini, warga masyarakat diminta menjauh dari zona bahaya dalam radius 3,5 kilometer dari puncak gunung. Ribuan warga sekitar Lokon kini menjadi pengungsi. Data BNPB mengungkapkan, hingga Jumat sore pukul 18.00 WIB, jumlah pengungsi mencapai 4.554 jiwa atau 1.255 kepala keluarga.
Para pengungsi ditampung di enam pos pengungsian. “Hingga saat ini belum ada laporan adanya korban jiwa akibat letusan Gunung Lokon,” demikian diungkap dalam rilis BNPB.
Upaya penanganan bencana saat ini masih difokuskan pada penanganan pengungsi. Diperkirakan, pada malam hari jumlah pengungsi akan bertambah karena masyarakat merasa aman di lokasi pengungsian. Logistik makanan dan obat-obatan dilaporkan masih mencukupi.
Letusan besar Lokon mempengaruhi dunia penerbangan. Ketinggian semburan abu vulkanik akibat letusan Lokon meningkat dari semula 50 ribu kaki menjadi 150 ribu kaki. Kementerian Perhubungan langsung bertindak, mengeluarkan peringatan kepada seluruh maskapai penerbangan.
“Semua penerbangan yang melewati daerah tersebut harus hati-hati dan menghindari daerah itu. Zona berbahaya bagi penerbangan di kawasan itu adalah 10 Nautical Mile atau sekitar 18,52 km dari Gunung Lokon,” demikian diumumkan Pelaksana Harian Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, J. A. Barata, Jumat, 15 Juli 2011.
Peringatan itu dituangkan dalam Notice to Airman No. A0945/11. Di situ dijelaskan bahwa pengaruh debu vulkanik letusan Gunung Lokon yang semula telah memicu status 'orange', kini meningkat menjadi 'red'. “Artinya, semua penerbangan yang melewati daerah tersebut harus waspada,” Barata menegaskan.
Peringatan itu dituangkan dalam Notice to Airman No. A0945/11. Di situ dijelaskan bahwa pengaruh debu vulkanik letusan Gunung Lokon yang semula telah memicu status 'orange', kini meningkat menjadi 'red'. “Artinya, semua penerbangan yang melewati daerah tersebut harus waspada,” Barata menegaskan.