Gunung Soputan di Sulawesi Utara, meletus dan memuntahkan vulkanik setinggi 6 kilometer, pada Minggu pagi, 3 Juli 2011. Gunung ini merupakan satu dari tiga gunung yang masuk dalam status siaga.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, sudah ada pergerakan aktif pada Gunung Soputan sejak malam hari sekitar pukul 23.00 WITA. Dimulai dengan satu kali erupsi. Awan panas yang membawa material dengan pijar setinggi 250 meter dari kawah terus terjadi. Erupsi terus terjadi dan susul menyusul ke arah utara dan barat laut disertai kilat dan suara gemuruh.
Pukul 06.03 WITA, puncak letusan di Gunung Soputan terjadi. Tinggi asap letusan hingga 5 kilometer dari kawah. Bersamaan dengan itu asap berwarna kelabu dengan tekanan yang sangat kuat keluar. Awan panas mengepul dan mengarah ke barat daya sejauh 4 kilometer.
Erupsi terus terjadi hingga pukul 09.30 WITA, dan abu mencapai kawasan Manado. Menjelang siang, letusan mulai mereda, dan energi tremor letusan mulai menurun. Tapi kewaspadaan dan pemantuan tetap dilakukan.
PVMBG juga melakukan evaluasi pada dunia penerbangan. Hasilnya, dari rekomendasi itu, Angkasa Pura I memutuskan untuk menutup Bandara Sam Ratulangi, Manado. Empat pesawat masih tertahan di bandara dan satu penerbangan dialihkan. Penutupan dilakukan sejak pukul 12.00 WITA. Semburan debu mengarah ke selatan sehingga menutupi areal bandara dan landasan.
Meski puncak letusan telah lewat dan dipastikan tidak ada evakuasi warga yang tinggal di kaki Gunung Soputan, masyarakat masih dilarang melakukan aktivitas pada radius sekitar 6 kilometer dari puncak gunung. Ini untuk menghindari ancaman guguran lava awan panas yang setiap saat bakal terjadi.
Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, masyarakat juga diminta untuk mewaspadai ancaman banjir lahar terutama pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar Gunung Soputan. Seperti Sungai Ranowangko, Sungai Pentu, Sungai Lawian dan Sungai Popang.
"Masyarakat di sekitar Gunung Soputan diharapkan tenang dan tidak terpancing dengan isu-isu letusan Gunung Soputan dan meminta masyarakat selalu mengikuti arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah," ujar Surono kepada VIVAnews.com, Minggu malam, 3 Juli 2011.
Aktivitas Meningkat
Indonesia merupakan negara yang berada pada zona patahan tektonik aktif dan jalur lingkaran gunung berapi terpanjang di dunia. Keadaan ini memicu pontensi terjadinya bencana gempa dan letusan gunung berapi. Tingkatnya bahkan lebih tinggi dari negara lain di dunia. Tahun 2010 menjadi saksinya, ketika Gunung Sinabung dan Merapi meletus, serta gempa dan tsunami di Mentawai.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, Indonesia masih menghadapi ancaman besar dari bencana gunung berapi. Tidak hanya Gunung Soputan, pemerintah mencatat ada 10 gunung berapi dalam status waspada. Kemudian ancaman lain ada pada tiga gunung yang sudah masuk level siaga. Satu tingkat lebih tinggi dari status waspada.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa gunung berapi menunjukan tanda-tanda akan bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana. Status ini juga bermakna telah terjadi peningkatan intensif kegiatan seismik. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan diperkirakan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu.
Meski demikian faktanya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi belum dapat memprediksikan status waspada terhadap 10 gunung yang dicatat Pemerintah naik menjadi level siaga. Atau ancaman besar yang akan timbul dari tiga gunung yang saat ini sudah siaga lebih dulu.
Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono peningkatan status siaga dari waspada tidak bisa diperkirakan. Apalagi mengenai besar letusan gunung yang statusnya sudah siaga. Bisa saja gunung yang kelihatannya kecil akan menimbulkan dampak yang sangat besar saat meletus.
"Saya bukan juru ramal. Kita lihat saja status gunung itu melalui data-data yang sudah tercatat," ujar Surono.
Dalam pesan blackberry yang diterima VIVAnews.com, dari Staf Khusus Presiden Bidang Sosial dan Bencana Andi Arief, disebutkan bahwa Indonesia masih menghadapi ancaman bencana dari sejumlah gunung yang berstatus waspada dan siaga.
Kedua status ini menunjukan aktivitas gunung yang semakin meningkat. Pemerintah mencatat 10 gunung berapi yang masuk dalam kategori waspada saat ini adalah:
1. Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara,
2. Gunung Talang di Solok, Sumatera Barat,
3. Gunung Anak Krakatau di Lampung,
4. Gunung Papandayan di Garut,
5. Gunung Slamet, di Tegal, Jawa Tengah,
6. Gunung Dieng di Wonosobo,
7. Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur,
8. Gunung Merapi di Yogyakarta.
9. Gunung Bromo di Jatim,
10.Gunung Karangetan di Sulawesi Utara.
Disamping ke-10 gunung berapi tersebut, Indonesia masih terancam dengan aktivitas sejumlah gunung yang sudah masuk level siaga. Tiga gunung berapi yang kini berstatus siaga, yaitu:
1. Gunung Ibu di Halmahera,
2. Gunung Lokon di Sulawesi Utara,
3. Gunung Soputan di Sulawesi Utara
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, sudah ada pergerakan aktif pada Gunung Soputan sejak malam hari sekitar pukul 23.00 WITA. Dimulai dengan satu kali erupsi. Awan panas yang membawa material dengan pijar setinggi 250 meter dari kawah terus terjadi. Erupsi terus terjadi dan susul menyusul ke arah utara dan barat laut disertai kilat dan suara gemuruh.
Pukul 06.03 WITA, puncak letusan di Gunung Soputan terjadi. Tinggi asap letusan hingga 5 kilometer dari kawah. Bersamaan dengan itu asap berwarna kelabu dengan tekanan yang sangat kuat keluar. Awan panas mengepul dan mengarah ke barat daya sejauh 4 kilometer.
Erupsi terus terjadi hingga pukul 09.30 WITA, dan abu mencapai kawasan Manado. Menjelang siang, letusan mulai mereda, dan energi tremor letusan mulai menurun. Tapi kewaspadaan dan pemantuan tetap dilakukan.
PVMBG juga melakukan evaluasi pada dunia penerbangan. Hasilnya, dari rekomendasi itu, Angkasa Pura I memutuskan untuk menutup Bandara Sam Ratulangi, Manado. Empat pesawat masih tertahan di bandara dan satu penerbangan dialihkan. Penutupan dilakukan sejak pukul 12.00 WITA. Semburan debu mengarah ke selatan sehingga menutupi areal bandara dan landasan.
Meski puncak letusan telah lewat dan dipastikan tidak ada evakuasi warga yang tinggal di kaki Gunung Soputan, masyarakat masih dilarang melakukan aktivitas pada radius sekitar 6 kilometer dari puncak gunung. Ini untuk menghindari ancaman guguran lava awan panas yang setiap saat bakal terjadi.
Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, masyarakat juga diminta untuk mewaspadai ancaman banjir lahar terutama pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar Gunung Soputan. Seperti Sungai Ranowangko, Sungai Pentu, Sungai Lawian dan Sungai Popang.
"Masyarakat di sekitar Gunung Soputan diharapkan tenang dan tidak terpancing dengan isu-isu letusan Gunung Soputan dan meminta masyarakat selalu mengikuti arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah," ujar Surono kepada VIVAnews.com, Minggu malam, 3 Juli 2011.
Aktivitas Meningkat
Indonesia merupakan negara yang berada pada zona patahan tektonik aktif dan jalur lingkaran gunung berapi terpanjang di dunia. Keadaan ini memicu pontensi terjadinya bencana gempa dan letusan gunung berapi. Tingkatnya bahkan lebih tinggi dari negara lain di dunia. Tahun 2010 menjadi saksinya, ketika Gunung Sinabung dan Merapi meletus, serta gempa dan tsunami di Mentawai.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, Indonesia masih menghadapi ancaman besar dari bencana gunung berapi. Tidak hanya Gunung Soputan, pemerintah mencatat ada 10 gunung berapi dalam status waspada. Kemudian ancaman lain ada pada tiga gunung yang sudah masuk level siaga. Satu tingkat lebih tinggi dari status waspada.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa gunung berapi menunjukan tanda-tanda akan bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana. Status ini juga bermakna telah terjadi peningkatan intensif kegiatan seismik. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan diperkirakan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu.
Meski demikian faktanya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi belum dapat memprediksikan status waspada terhadap 10 gunung yang dicatat Pemerintah naik menjadi level siaga. Atau ancaman besar yang akan timbul dari tiga gunung yang saat ini sudah siaga lebih dulu.
Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono peningkatan status siaga dari waspada tidak bisa diperkirakan. Apalagi mengenai besar letusan gunung yang statusnya sudah siaga. Bisa saja gunung yang kelihatannya kecil akan menimbulkan dampak yang sangat besar saat meletus.
"Saya bukan juru ramal. Kita lihat saja status gunung itu melalui data-data yang sudah tercatat," ujar Surono.
Dalam pesan blackberry yang diterima VIVAnews.com, dari Staf Khusus Presiden Bidang Sosial dan Bencana Andi Arief, disebutkan bahwa Indonesia masih menghadapi ancaman bencana dari sejumlah gunung yang berstatus waspada dan siaga.
Kedua status ini menunjukan aktivitas gunung yang semakin meningkat. Pemerintah mencatat 10 gunung berapi yang masuk dalam kategori waspada saat ini adalah:
1. Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara,
2. Gunung Talang di Solok, Sumatera Barat,
3. Gunung Anak Krakatau di Lampung,
4. Gunung Papandayan di Garut,
5. Gunung Slamet, di Tegal, Jawa Tengah,
6. Gunung Dieng di Wonosobo,
7. Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur,
8. Gunung Merapi di Yogyakarta.
9. Gunung Bromo di Jatim,
10.Gunung Karangetan di Sulawesi Utara.
Disamping ke-10 gunung berapi tersebut, Indonesia masih terancam dengan aktivitas sejumlah gunung yang sudah masuk level siaga. Tiga gunung berapi yang kini berstatus siaga, yaitu:
1. Gunung Ibu di Halmahera,
2. Gunung Lokon di Sulawesi Utara,
3. Gunung Soputan di Sulawesi Utara
Karenanya letusan gunung berapi agaknya belum berakhir.