Para ilmuwan Alaska menyatakan telah menemukan cara untuk menjadikan tupai berhibernasi. Nantinya proses ini akan diterapkan pada manusia yang menderita stroke atau serangan jantung.
Journal dari Neurosciece mengatakan bahwa teknik ini hanya baru bekerja pada tupai yang diteliti oleh para peneliti selama musim hibernasi mereka dan bukan di luar musim hibenrasi normal.
Para peneliti di Unversitas dari Alaska, Fairbanks, mempelajari bahwa tupai asal Kutub Utara yang diberikan zat kafein akan mempercepat mereka dalam berhibernasi. Zat lain juga diberikan kepada mereka selama kurun waktu setahun guna melihat apakah bisa merangsang bagian otak yang mendorong molekul adenosin untuk mengaitkan dirinya sendiri ke reseptor. Namun hal ini dapat menyebakan rasa kantuk.
"Ketika seekor tupai mulai berhibernasi ini berkaitan dengan ketika manusia merasa mengantuk, itu karena molekul adenosin telah melekatkan diri pada reseptor dalam otak manusia," ujar Dr Tulasi Jinka, penulis utama penelitian ini, seperti dikutip dari Straits Times, Rabu (27/7/2011).
Adenosin akan memperlambat aktivitas sel saraf. Ketika hewan melakukan hibernasi, mereka akan mengalami suhu tubuh yang sangat rendah dan menghirup sedikit oksigen. Tetapi dalam proses hibernasi mereka tidak menderita kerusakan otak. Jika para ilmuwan bisa menguasai proses ini pada manusia, maka mereka berpotensi dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh trauma parah, contohnya ketika orang berhenti bernapas karena serangan jantung atau stroke.
Akan tetapi realisasi hal ini masih cukup lama. Para peneliti menemukan bahwa tupai menunjukan kelambanan atau keadaan dimana konsumsi oksigen turun satu persen dari tingkat metabolisme selama beristirahat.
Hanya ada dua dari enam tupai yang bisa melakukan hibernasi di luar musim normalnya. Para peneliti tidak yakin apa yang menyebabkan otak tupai menjadi cukup peka untuk menghasilkan adenosin, untuk kondisi hibernasi normal. Langkah selanjutnya ialah menguji proses pada tikus, yang sistem sarafnya lebih mirip dengan manusia.
Journal dari Neurosciece mengatakan bahwa teknik ini hanya baru bekerja pada tupai yang diteliti oleh para peneliti selama musim hibernasi mereka dan bukan di luar musim hibenrasi normal.
Para peneliti di Unversitas dari Alaska, Fairbanks, mempelajari bahwa tupai asal Kutub Utara yang diberikan zat kafein akan mempercepat mereka dalam berhibernasi. Zat lain juga diberikan kepada mereka selama kurun waktu setahun guna melihat apakah bisa merangsang bagian otak yang mendorong molekul adenosin untuk mengaitkan dirinya sendiri ke reseptor. Namun hal ini dapat menyebakan rasa kantuk.
"Ketika seekor tupai mulai berhibernasi ini berkaitan dengan ketika manusia merasa mengantuk, itu karena molekul adenosin telah melekatkan diri pada reseptor dalam otak manusia," ujar Dr Tulasi Jinka, penulis utama penelitian ini, seperti dikutip dari Straits Times, Rabu (27/7/2011).
Adenosin akan memperlambat aktivitas sel saraf. Ketika hewan melakukan hibernasi, mereka akan mengalami suhu tubuh yang sangat rendah dan menghirup sedikit oksigen. Tetapi dalam proses hibernasi mereka tidak menderita kerusakan otak. Jika para ilmuwan bisa menguasai proses ini pada manusia, maka mereka berpotensi dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh trauma parah, contohnya ketika orang berhenti bernapas karena serangan jantung atau stroke.
Akan tetapi realisasi hal ini masih cukup lama. Para peneliti menemukan bahwa tupai menunjukan kelambanan atau keadaan dimana konsumsi oksigen turun satu persen dari tingkat metabolisme selama beristirahat.
Hanya ada dua dari enam tupai yang bisa melakukan hibernasi di luar musim normalnya. Para peneliti tidak yakin apa yang menyebabkan otak tupai menjadi cukup peka untuk menghasilkan adenosin, untuk kondisi hibernasi normal. Langkah selanjutnya ialah menguji proses pada tikus, yang sistem sarafnya lebih mirip dengan manusia.
source: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10191418