AH, kita diajak lagi melihat "Dunia Lain” di bioskop. Menerka-nerka di mana penampakan hantu akan terlihat.
Kita menunggu dikagetkan entah oleh apa. Wajan atau panci jatuh? Kursi bergeser? Selimut yang ditarik? Tidakkah kita sudah hafal dengan formula horor khas Paranormal Activity (PA)?
Ya, tapi nyatanya kita suka ditakut-takuti macam begitu. Buktinya, Hollywood meneruskan franchise ini dengan film ketiga, Paranormal Activity 3 (PA 3). PA pertama menjadi hit yang tak terduga pada 2009 silam. Sebuah film kecil (bujetnya hanya AS$ 13 ribu) yang dicipta Oren Peli menghasilkan AS$ 108 juta di Amerika Utara saja dan AS$ 85 juta dari luar negeri. PA 2 (2010), walau tak sesukses yang pertama nyatanya cukup bikin puas.
Sejak itu, Hollywood seperti menemukan tambang emas baru. Mereka menggodok formula horor PA menjadi sebuah franchise alias film yang beranak-pinak. Hollywood makin senang karena formula horor PA tak membutuhkan pembuatan yang rumit lewat efek visual hasil komputer grafis canggih atau kamera 3 dimensi. Cukup bikin kaget penonton dengan penampakan hantu yang samar dan bikin benda-benda gerak sendiri. Penampakan hantu model begini akrab kita saksikan di reality show macam Dunia Lain atau Pemburu Hantu dahulu.
Pendek kata, PA menggunakan pendekatan realis alias apa yang ada di layar seolah-olah nyata hasil dokumentasi. Istilahnya mockumentary atawa dokumenter bohongan. Pendekatan begini, yang awalnya di genre horor dibangkitkan lagi lewat Blair Witch Project pada 1999, nyatanya berhasil memberi efek kejut maksimal pada penonton.
Tapi, setelah 3 film, tidakkah pendekatan begini lantas menjadi rutin? Masihkah kita takut pada sesuatu yang rutin?
Hingga setengah PA 3 terus terang saya bosan dan mengantuk. Sebagai orang yang mengikuti 2 film terdahulu dan begitu terpukau pada yang pertama, saya melihat film ke-3 ini sekadar mengikuti formula lama (SPOILER ALERT!): rumah dihantui, penghuninya merekamnya, muncul penampakan, dan pada klimaksnya sang hantu merasuki tubuh si penghuni rumah.
Terus terang, hingga setengah film ingin rasanya memencet tombol "forward" di remote untuk langsung mencari tahu apa yang sebetulnya terjadi.
PA 3 juga adalah prekuel dari prekuel. Jika PA pertama mengisahkan soal rumah hantu, PA 2menjelaskan bukan rumah itu yang berhantu, tapi ada makhluk halus yang mengikuti penghuninya. Nah, yang ketiga ini menjelaskan asal mula semuanya. Filmnya memberi tahu kita mengapa si penghuni rumah itu selalu diikuti makhluk halus sepanjang hidupnya.
PA 3 mengambil masa tahun 1980-an saat kamera video masih berukuran besar dan video berbentuk VHS. Kita melihat kakak-beradik Katie dan Kristi masih kecil (diperankan Chloe Csengery sebagai si Katie kecil dan Kristi Jessica Tyler Brown). Mereka tinggal di rumah dua lantai bersama sang ibu, Julie (Lauren Bittner) dan pacarnya, Dennis (Christopher Nicholas Smith) yang seorang juru kamera dan editing resepsi pernikahan. Di rumah itu, Kristi punya teman khayalan yang disebutnya Toby. Dennis, dengan perlengkapan kameranya kemudian merekam seisi rumah mencari gerak-gerik Toby.
Seperti biasa, ada yang percaya hantu dan tidak percaya. Hal ini menambah greget penonton. Apalagi penonton disuguhi berbagai penampakan. Hingga akhirnya, sebuah penampakan mencengangkan di dapur menyadarkan penghuni rumah itu kalau mereka harus segera pergi dari rumah.
Tapi, kita juga tahu, bukan rumahnya yang berhantu, melainkan orang-orangnya yang memang selalu dihantui. Maka, 15 menit terakhir film di rumah sang nenek adalah horor sesungguhnya film ini. Kita tak hanya dibuat ketakutan, tapi juga dijelaskan apa yang sebetulnya terjadi.
Menceritakan prekuel dari prekuel buat saya terbilang langkah jenius untuk memperpanjang sebuah franchise. Jika PA 3 meneruskan PA 1 dan PA 2 kisahnya mungkin sekadar memenuhi rasa ingin tahu penonton akan kelanjutan ceritanya. (ingat adegan akhir PA 2 saat bayi Hunter diculik Katie yang kerasukan setan. Kita tentu bertanya-tanya bagaimana nasib bayi Hunter.)
Film yang ketiga meminta kita bersabar dahulu menunggu jawab. Saat ini film keempat tengah disiapkan untuk edar tahun ini. Saya sih berharap semoga franchise ini segera berakhir. Sebab, bagi saya yang menarik dari film ini tinggal bagamana nasib si bayi Hunter, bukan lagi penampakan hantu yang rutin.
source: http://www.tabloidbintang.com/film-tv-musik/ulasan/20139-paranormal-activity-3-menjelaskan-mengapa-si-hantu-menghantui.html